Minggu, 16 Oktober 2011

gara-gara kamu..!!


                  Nama Ku Inggrid, ini kisahku saat 2 tahun yang lalu, disaat aku tak mengerti apa-apa yang tepatnya kelas 8 SMP. Diawal cerita ini adalah disaatku mengamati hal didepan mataku, dimana aku sering melihat seorang teman sekelasku suka menjelekkan teman wanita. Entahlah risih dan kurang suka jika aku melihatnya, apalagi aku juga pernah jadi korban kejailan mereka. Dan entah takdir apa yang memaksaku untuk sekelas dengan mereka selama 3 tahun, sungguh suatu kemuakkan sendiri dalam hati.
   Disuatu pagi aku berangkat sekolah seperti biasa yaitu menuju SMP Negeri 6
Kayuagung. Ya itulah nama sekolahku dimana saat itu aku menikmati perjalanan menuju kesana berjalan bersama dengan teman ku, jalan yang kupijak dan berliku-liku . Dimana aku harus berjalan kira-kira selama 10 menit setiap hari. Namun itu kujalani dengan senang hati hingga tak kusadari aku berjalan sudah sampai didepan gerbang sekolahku, dan aku masuk kedalamnya dengan santai dan berjalan menuju ke kelasku yaitu kelas VIII.1. Pagi-pagi aku dihadapkan dengan guru yang baik yaitu guru Pkn. Pelajaran berjalan baik dan normal sampai jam istirahat berbunyi, disaat inilah peristiwa yang tidak mengenakkan terjadi dimana selepas aku pergi dari kantin dan kembali kekelas. Saat inilah aku melihat teman ku dijelekkan, dengan serentak aku teriak “ oi Iwan, jangan galak ngatoi cak itu “, sedangkan Icha tidak sadar jika ia telah dijelekkan oleh Iwan dan dia langsung kaget dan memukul Iwan dengan kotak pensil yang ada dibawah mejanya. “Plaaaggg . . ., lantaklah” , teriakan Icha seakan memecahkan suasana kelas saat itu. Ya terdengar berlebihan mungkin, namun Iwan memang jika bercanda sudah kelewat batas, apalagi temannya yang satunya lagi yaitu Rian. Aku sangat tidak suka dengannya, mentang mentang ketua kelas dia selaku seenaknya
          Kali ini mereka termaafkan, karena seribu alasan mereka di depan guru. Dan itu semua membuatku makin eneg dengan mereka. Entah rasa apa dalam hati ini, ada jijik benci dan dendam.  Akankah kejailan mereka terus ada tanpa ada yang memberhentikannya?, setidaknya itulah pertanyaan hati yang belum bisa aku jawab. Aku menginginkan mereka tersadar atas tingkah mereka yang kurang wajar. Sampai pada suatu hari, tepatnya hari Jum’at dan hari inilah yang akanku ingat selamanya. Pagi jam 06.30 aku telah datang ke sekolah, suasana hari itu sangat membuatku baik. Dengan pagi yang diawali kegiatan rutin apel pagi disekolah dan diujung jam sekolah tepatnya waktu jam terakhir  yaitu jam 01.30 kejadian yang tak pernah kulupakan terjadi.
          Saat aku sedang belajar dibangkuku dan saat itu aku sebangku dengan Tika. Sejenak kemudian pensilku patah dan aku kebelakang untuk meruncing pensilku, dan saat itu jam kosong. Ketika itu entah mataku ini tertuju pada hal yang sama dengan kemarin yaitu ulah Iwan dan Rian yang menjelekkan temanku Icha. Dengan nada marah tertahan aku teriak “ oi Wan”. Dan mereka mendatangiku dengan berkata “ ngapo? Bukan urusan kau”, lalu mereka pergi dengan tanpa menghiraukanku. Saat itu aku serba kesal lalu tak sengaja aku memukul Rian sehingga punggungnya memar, “Plaaaggg”. Sungguh tanganku gemetaran sampai aku tak bisa berkata apa apa saat teman sekelasku memandangiku dengan heran, kaget dan shock saat itu. Seketika aku rasanya hampir tak sadarkan diri, karena aku tidak menyangka akan melakukan perbuatan itu. Ya Tuhan rasanya aku ingin lari dari tempat ini sejauh mungkin, itulah pikiranku yang ada pada saat itu. Aku barjalan sempoyongan sambil mencari kursi tempat duduk agar kubisa menenangkan diri atas kejadian ini, dan aku berjalan menuju bangkuku dan disana ada temanku yang sedang menungguku dengan mata penuh pertanyaan dan ketidak percayaan. lalu aku melihat Rian yang sedang menuju ruang UKS dan teman teman yang lain memandangiku dengan tatapan tajam dan aneh. Aku menanggapinya dengan berbicara dengan Feri yang kebetulan satu komplek dengan Rian “Fer, apo salah aku? Aku dak sengajo mukul dio”. “aku bae dak nyangko pacak jadi cak ini”, kata Agung. Percakapan kami berhenti dan aku merenung sendiri dan Feri meninggalkan bangku.
          Tak lama kemudian bel pulang berbunyi, dan hatiku mulai agak risau karena kejadian jam terakhir tadi. Dan pikiranku kemana mana, sampai sampai tak terasa aku hampir tersandung batu di depan kelas ku. Tak lama kemudian aku dipanggil winny, dia juga teman sekelasku. Lalu aku menjawab panggilan winny “ ngapo win?”, “ kau di panggil ke kantor “ kata winny. Setelah aku mendengar itu aku menghela nafas panjang, dan inilah yang kupikirkan dari tadi. Yaitu ujung ujungnya aku pasti dipanggil ke kantor dan ditanyai tentang kejadian tadi. Dengan langkah lesu dan takut aku menuju ke kantor, tepatnya ruang guru. Dan sampailah aku kedepan pintunya lalu aku masuk dengan salam, “ Assalamualaikum? “, “ Waalaikumsalam, sini nak ! “ Bu Kus menjawab salamku. Sungguh hatiku deg degan bukan main saatku masuk kantor itu, dengan disambut lantai yang dingin dan sebagian guru memandangiku dengan wajah penasaran membuat suasana menjadi menakutkan bagiku. Entahlah pikiranku ini buyar saat aku disuruh duduk dan ditanyai habis habisan oleh Bu Kus. Mungkin aku sedang beruntung, sehingga aku tak dikenai hukuman apapun tentang masalah tadi. Hanya saja aku diperingatkan dan dinasehati. Setelah aku mendengar nasehat panjang bagai kereta api dari Bu Kus, aku berjalan kembali melewati lantai dingin dan mata penasaran, para guru. Setidaknya masalah ku sedikit berkurang, sehingga aku bisa lebih tenang. Namun tetap saja aku masih memikirkan bagaimana kalau Bu Kus melaporkanku kepada ibuku? Pasti aku dimarahi habis habisan. Lalu bagaimana aku menjawabnya? Lalu apakah aku bisa menjelaskannya?. Entahlah banyak angan angan yang buruk dalam pikiranku yang membuatku pusing sendiri atas pertanyaan dan rasa takutku menghadapinya. Sampai pada waktunya aku berjalan menapaki jalan biasanya yang kulewati dengan langkah yang tak pasti dan lesu. Itu semua karena ketakutanku untuk pulang ke rumah. “huufzzzzzz, ya Allah maafi aku. Aku salah ya Allah! Bodoh bodoh. Uuuuhhhhhhhhhhhffhhhz !!!!” kataku dalam hati sambil menendang nendang daun di jalan.
          Akhirnya aku datang juga dirumah, aku menghela nafas yang panjang agar aku bisa lebih tenang dari tadi. Ya anehnya suasana biasa biasa saja, akupun sedikit lega. Ternyata ibuku belum tahu. Baru 1 bulan kemudian ibu ku tahu, namun ibu hanya menasehatiku saja. “ Alhamdulillah . .hahahaha.” kataku dalam hati. Itulah yang sampai saat ini kukenang dan rahasia ini tertutup tiada yang tahu bahwa aku punya kasus disekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...